
Mengapa Google Tidak meng-hire Lulusan Perguruan Tinggi Ternama?
Dalam beberapa tahun, Google melakukan penelitian terhadap siapa yang berhasil di sebuah perusahan, yang ternyata bukan lagi hasil dari “GPA tertinggi”, lulusan perguruan tinggi ternama, atau hasil tes interview.
Lulusan Perguruan Tinggi Ternama dapat kehilangan “Kerendahan Hati Intelektual”
Lulusan muda yang sukses telah diajarkan untuk bergantung pada bakat, yang membuat mereka tidak dapat menerima kegagalan. “Ini ‘kerendahan hati intelektual.’ Tanpa kerendahan hati, Anda tidak dapat belajar,” kata Laszlo Bock, Google’s head of people operations. “Orang pintar dan sukses jarang mengalami kegagalan, sehingga mereka tidak belajar bagaimana belajar dari kegagalan itu.”
“Mereka, lebih memiliki prilaku dasar, yang jika sesuatu berhasil, itu karena aku jenius. Jika sesuatu yang buruk terjadi, itu karena seseorang bodoh melakukan kesalahan atau saya tidak mendapatkan sumber daya atau pasar telah berubah… Apa yang kita lihat adalah bahwa orang-orang yang paling sukses, yang akan kita hire, mereka akan fanatik dengan sudut pandang mereka. Tapi ketika Anda menunjukkan sebuah fakta yang berbeda dengan itu, mereka akan pergi, “Oh, well, that changes things; you’re right.”
Kemampuan belajar lebih penting daripada IQ
Berhasil dalam dunia akademis tidak selalu menjadi jaminan berhasil dalam pekerjaan. Karena pergurutan tinggi, adalah lingkungan yang dibuat untuk membentuk sebuah pola pikir dan pencapaian. IQ is less valuable than learning on the fly.
“Untuk setiap pekerjaan, meskipun, awalnya yang kita cari adalah kemampuan kognitif umum, dan itu bukan IQ. Itu adalah kemampuan belajar. Itu adalah kemampuan untuk memproses dengan cepat. Itu adalah kemampuan untuk mengolah berbagai informasi.”
Sebuah tes atau interview dapat membantu perusahaan untuk menemukan orang-orang yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dan itu bukan tentang memimpin sebuah klub di sekolah, atau sebuah gelar yang mengesankan, tetapi kemampuan untuk maju dan memimpin ketika itu dibutuhkan.
source: http://bit.ly/1eS7Gx2
Didik Wahyudi
Hai mas Purnadaya. Infonya menarik. Saya penyedia jasa adwords. Jadi cukup sering berkomunikasi dengan pegawai Google dari Indonesia yang berkantor di Singapura. Yang saya rasakan mereka cukup rendah hati. Misalnya dengan menggunakan kata “setahu saya”, atau menawarkan masukan dengan “kalau anda butuh second opinion”. Tapi saya yakin mereka orang orang pinter.
Purnadaya Management
Hai mas Didik,
Terima kasih sudah mampir dan membaca tulisan saya yg sederhana.
kebetulan rekan dan sekaligus sahabat saya juga bekerja di Google, dan catatan kecil ini pun hasil kami berbincang-bincang. Melihat info dari mas Didik, sepertinya Google berhasil ya, menjaring orang-orang yg rendah hati intelektual, dan memiliki skill hebat.
Dan kalau boleh berpendapat, sayapun setuju, bahwa orang pinter, bukan selalu hasil dari perguruan tinggi ternama, karena sayapun bukan lulusan perguruan tinggi ternama, atau mungkin lebih tepatnya, bukan lulusan perguruan tinggi? hehehe, tidak menyelesaikan perguruan tinggi mungkin lebih tepat lagi.
Terima kasih sekali lagi atas jejaknya di tulisan saya 🙂
ray ban wayfarer
Thanks very interesting blog!